Header Ads

Header ADS

BREAKING NEWS :
Loading...

03. Seni Menghibur


Oleh Srie 

Dalam berkomunikasi, pesan atau materi komunikasi memang penting. Tapi, tak kalah pentingnya adalah seni berkomunikasi itu sendiri. Bahkan, dalam hal-hal tertentu seni berkomunikasi justru lebih menentukan dari pada pesan apa yang dikomunikasikannya sendiri.

Bagaimana misalnya, seorang da’i kondang KH. Zaenudin MZ, atau AA Gym dalam menyampaikan ceramah agama, sebagai salah satu bentuk lain dari seni berkomunikasi. Secara substansi materi, apa yang yang disampaikannya itu, mungkin tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh para da’i lainnya. Bahkan, amat mungkin terjadi pengulangan pesan ceramah yang biasa diterima oleh jama’ah mengenai kehidupan sehari-hari.
Namun, ceramah itu tetap saja dirasakan lebih efektif dan menarik bagi banyak orang, yang saat itu, secara sukarela dan dengan senang hati mengikutinya sampai dengan selesai. Di samping pesan-pesan keagamaan dan kontekstualitasnya, ada rasa senang dan menghibur yang muncul dari hati para pendengar ceramah. Itu tak lain adalah hasil dari komunikasi ceramah yang memiliki seni.
Film adalah bentuk lain dari seni berkomunikasi. Beberapa film sukses atau box office, seperti “Jurassic Park” atau “Titanic”, misalnya, menunjukkan secara jelas bahwa sebuah bentuk komunikasi yang mengambil tema tentang masa lalu tidaklah identik dengan sesuatu yang membosankan dan sulit untuk dikembangkan. Akan tetapi, apabila dikemas secara baik dan menarik dengan melibatkan aspek seni komunikasi audio visual yang mutakhir, maka hasilnya adalah sesuatu yang sangat digemari oleh jutaan penonton secara tidak gratis.
Pesan pertanggungjawaban pengembangan sains dalam “Jurassic Park” dan pesan kesetiaan dalam “Titanic” merupakan sebagian dari substansi materi komunikasi yang bisa diterima. Bukan hanya itu, penonton pun jeas merasa senang dan terhibur.
Penyampaian kisah para nabi dan umat terdahulu yang terdapat dalam kitab suci merupakan salah satu bentuk seni berkomunikasi lainnya. Dalam al-Qur’an, misalanya, bagaimana kisah Nabi Nuh yang berdakwah hampir seribu tahun, namun hanya menghasilkan pengikut tak lebih dari sejumlah penumpang satu perahu, seudah termasuk di dalamnya adalah beberapa ternak dan makanan yang ikut dibawa. Sebaliknya, anaknya sendiri, justru termasuk dari kebanyakan kaumnya yang membangkang.
Bagaimana al-Qur’an mengisahkan ayah kandung nabi Ibrahim yang tetap tidak mau beriman pada ajaran-NYa. Begitu pula, kisah nabi Musa dengan bangsa Israel yang meski sudah dibebaskan dan banyak ditolong, tetap saja masih membangkang. Penyampaian kisah-kisah tersebut memiliki efektifitas dan seni berkomunikasi yang baik. Disampaikan saat-sat nabi Muhammad SAW dan pengikutnya sedang mengalami masalah tertentu yang butuh penguatan keimanan dan kesabaran.
Dalam hal ini, al-Qur’an memiliki seni berkomunikasi yang sangat baik ketika mengaitkan konteks dan realitas yang terjadi saat itu, dengan kejadian atau peristiwa masa lalu. Di samping pesan risalahnya mengena, ada rasa tenteram dan menghibur yang didapat oleh Nabi dan para pengikutnya saat itu.
Kemampuan seni berkomunikasi dalam pengajaran Sejarah dapat dimiliki oleh guru sejarah apabila ia menguasai sekurang-kurangnya dalam dua hal, yaitu penguasaan materi sejarah yang akan diajarkan dan penguasaan dinamika kelompok dalam kelas. Penguasaan materi menjadi sangat mutlak dimiliki oleh guru sebelum melakukan proses komunikasi dalam pengajaran sejarah. Sementara itu, penguasaan dinamika kelompok dalam kelas diperlukan oleh guru saat pengajaran itu sedang berlangsung.*** [Srie]
(Bersambung ......)

Tidak ada komentar

Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Diberdayakan oleh Blogger.